Nabiyullah Luth adalah nabi dan rasul Allah yang diutus pada suatu kaum yang bertabiat keras dan sesat. Mereka melakukan penyimpangan akidah dalam perilakunya, yaitu menyukai sesama jenis. Nabi Luth berjihad besar untuk mengingatkan mereka dan mengembalikan akidah mereka ke jalan keselamatan yang diridhai Allah SWT.
Kisah tentang Nabi Luth dan kaumnya dapat kita baca dalam Alquran sebagai berikut.
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit”. Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki” (Q.S. Hud, 11:77-79).
Ayat di atas meriwayatkan bahwa ketika para malaikat datang kepada Nabi Luth dalam wujud para pemuda yang tampan, Nabi Luth menerima mereka sebagai tamu dan menghkawatirkan mereka akan perbuatan kaumnya yang berakhlak keji dan menyimpang. Ketika para tamu itu memasuki rumah Nabi Luth, maka kaumnya yang telah mengetahui kedatangan mereka, berbondong-bondong hendak melakukan perbuatan keji kepada mereka. Nabi Luth kemudian mendudukkan putri-putrinya di antara para tamu dan kaumnya. Nabi Luth menawarkan kepada mereka agar menikahi putri-putrinya, tetapi kaumnya menolak. Mereka tetap menginginkan para tamu Nabi Luth dan melakukan perbuatan keji seperti yang biasa mereka lakukan.
Pada saat itu, Jibril memberitahu Nabi Luth tentang siapa sebenarnya mereka. Dalam Alquran dijelaskan:
Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?” (Q.S. Hud, 11:81).
Karena perbuatan kaum Nabi Luth yang keji dan munkar itulah, maka Allah SWT menurunkan azab yang sangat dahsyat, “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim” (Q.S. Hud, 11:82-83).
Dalam kitab Mustadrak Alas Shahihain (2/375), dalam bab Tafsir Surat Hud, Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abas, “Lalu Jibril menghapus penglihatan mereka, maka mereka pulang dengan lari tunggang langgang sampai mereka keluar kepada orang-orang yang berada di pintu. Mereka berkata, ‘Kami datang kepada kalian dari sisi orang yang paling mahir sihirnya. Dia telah menghapus penglihatan kami’. Maka mereka lari sampai masuk di sebuah desa. Pada malam hari desa itu diangkat sampai ia berada di antara langit dan bumi, sehingga mereka mendengar suara-suara burung di udara. Kemudian desa itu dijungkirbalikkan, lalu keluarlah angin kencang kepada mereka. Barangsiapa terkena angin itu pastilah ia akan mati. Dan barangsiapa yang kabur dari desa tersebut, maka ia akan dikejar oleh angin tersebut yang berubah menjadi batu yang akan membunuhnya”.
Ibnu Abbas melanjutkan, “Lalu Luth pergi dengan ketiga putrinya. Ketika ia sampai di suatu tempat di kota Syam, putrinya yang tertua meninggal, maka keluarlah dari sisinya mata air yang bernama Wariyah. Luth terus berjalan hingga tempat yang dikehendaki Allah, dan putrinya yang termuda meninggal, maka memancarlah dari sisinya mata air yang diberi nama Ra’ziyah. Putri Luth yang masih hidup adalah yang tengah”.
Bukti Arkeologis
Kejadian yang menimpa kaum Luth, yang disebutkan dalam Alquran berdasarkan perkiraan terjadi sekitar 1.800 SM. Berdasarkan pada penelitian arkeologis dan geologis, peneliti Jerman Werner Keller mencatat bahwa kota Sodom dan Gomorah benar-benar berada di lembah Siddim yang merupakan daerah terjauh dan terendah dari Danau Luth, dan bahwa pernah terdapat situs yang besar dan dihuni di daerah itu.
Danau Luth atau yang lebih dikenal dengan Laut Mati, terletak tepat di puncak suatu kawasan seismik aktif, yaitu daerah gempa bumi. Dalam Archeologie et Histoire disebutkan, “Dasar dari Laut Mati berdekatan dengan runtuhan yang berasal dari peristiwa tektonik. Lembah ini terletak pada sebuah tegangan yang merentang antara Danau Taberiya di Utara dan tengah-tengah Danau Arabah di Selatan”.
Werner Keller, dalam buku Werner Keller Und Die Bibel Hat Doch Recht menyatakan, “Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis melewati daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran mereka terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan, petir, keluarnya gas alam, serta lautan api”.
Sumber : http://mangubed.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Luangkanlah waktu anda yang sebentar ini untuk mengingatkan saya melalui kolom komentar ini.
pesan dan kesan anda sangat membantu demi kelangsungan blog ini.